Abang dan adik berkongsi isteri yang sama
By KLPOST - Sat Jul
14, 10:39 am
India –
Amar dan Kundan Singh Pundir adalah adik beradik kandung. Amar bekerja sebagai
pemecah batu, sedangkan Kundan, abangnya bekerja sebagi petani iaitu pekerjaan
warisan orangtua mereka di Himachal Pradesh, India.
Mereka yang berusia dalam 40-an tinggal bersama. Mereka
berkongsi apa saja, rumah, pekerjaan, bahkan berkongsi isteri. “Sudah menjadi
tradisi kami sejak awal untuk memiliki keluarga dari lima atau 10 orang. Dua
bersaudara dengan satu istri,” kata Kundan.
Amalan seperti ini disebut fraternal polyandry, adik beradik
dari satu keluarga berkahwin dengan perempuan yang sama. Biasanya, pernikahan
seperti ini bermotif tradisi dan ekonomi.Bagi kebanyakan orang, cara seperti
ini memang salah, namun tidak bagi dua ratus orang yang tinggal di desa
tersebut. Kebanyakkan mereka mengamalkan tradisi ini termasuklah Kundan dan
Amar.
Kampung ini terletak di sebuah bukit setinggi hampir 180 meter.
Sebahagian besar penduduknya hidup bercucuk tanam. Di wilayah yang terpencil dan
sempit ini membuat mereka sukar untuk keluar apalagi untuk mencari isteri dan
membahagikan harta. Jadi, daripada mencari isteri dan membahagikan harta
warisanlebih baik mereka menikah dengan perempuan yang sama. Dengan
begitu, tanah warisan tidak terbahagi-bahagi lagi.
Indira Devi, mengaku hidup dengan dua suami bukan perkara mudah.
“Kami sering bertengkar,” katanya. Sama seperti keluarga lain, pertengkaran
mereka biasanya kerana masalah hidup. “Biasanya memang masalah sehari-hari,
seperti mengapa kamu tidak melakukan ini atau itu,” katanya.
Hal yang membuat mereka selalu bersetuju bersama adalah punya
anak. Dengan Kundan dan Amar, Indira memiliki tiga anak, dua laki-laki dan satu
perempuan. Bagaimana dengan kehidupan seks mereka? “Kami membuat shift, bergilir
setiap malam. Kalau tidak begitu, tak akan berjalan baik,” kata Kundan.
“Agar kehidupan berkeluarga berjalan dengan baik, kami harus
melakukannya.Kami boleh melakukan dengan baik supaya tidak ada yang berkecil
hati”ujar Amar
Ketika ditanya ayah kandung setiap anak, Amar dan Kundan mengaku
tidak tahu. Anak-anak mereka pun tidak peduli. “Sama saja kerana ibu dan ayah
adalah dewa bagi saya,” kata Sunita Singh Pundir, 17, anak perempuan keluarga
itu.
Anak pertama dan ketiga Pundir yang lelaki ingin meneruskan
tradisi tersebut. “Tentu saja,” kata Sonha, anak tertua. Dia dan adik lelakinya
mengatakan sudah membicarakan itu dan akan segera menikah dengan perempuan yang
sama. Namun tidak demikian dengan Sunita. Dia menegaskan tak ingin meneruskan
tradisi itu. “Saya ingin punya satu suami saja,” sahutnya.
Hanya, ketika dihadapkan pada cinta dan tradisi, Sunita mengaku
memilih tradisi. “Saya tak akan pernah meninggalkan tradisi meski harus
mengabaikan cinta. Saya tak akan merendahkan martabat orangtua dan saudara
lelaki saya,” lanjut Sunita.
Biasanya, pernikahan seperti itu sudah diatur dan rata-rata para
perempuan di desa itu juga memiliki dua suami. Bahkan ada yang punya tiga atau
empat suami, bergantung pada jumlah adik beradik yang dimiliki keluarga suami
mereka.
Fraternal polyandry sebenarnya tindakan yang melanggar
hukum di India, walupun secara sosial dapat diterima bagi sebahagian masyarakat
di sana. Tak ada satupun pejabat pemerintah yang terganggu dengan para penduduk
yang melanggar hukum itu. “Sudah terjadi sejak lama. Saudari tiri saya juga
punya dua suami, begitu juga dengan ibu tiri saya,” kata Indira.
No comments:
Post a Comment